Langsung ke konten utama

Postingan

TANAH, AIR & KEDAULATAN PANGAN

Andriko Noto Susanto   15 Juli 2011 Kebiasaan menghargai sumur jika sudah kering airnya. Air tidak menjadi bagian yang harus kita fikirkan jika jumlahnya melimpah. Wilayah tropis kita problemnya hanya neraca, bagaimana melimpahnya air dimusim hujan dapat dikelola untuk musim kemarau baik secara alami maupun buatan. Tapi bisakah kita membayangkan satu oase digurun gersang yang eksistensinya merupakan jaminan kelangsungan mahluk hidup. Begitu berharganya oase, sampai  seringkali diriwayatkan  keterlibatan TUHAN didalamnya, menjadi perebutan dan darah ditumpahkan karenanya. Haruskah negara kita jadi gurun dulu baru kita bisa menghargai fungsi tanah sebagai komponen utama dalam siklus air.  Jadi selamatkan sumber air, melalui pengelolaan tanah secara baik. Keberadaan sumber pangan kurang dihargai karena  kita selama ini kenyang (cukup makan) dan jarang ada kelaparan. Sejarah mencatat bahwa peradapan manusia yang maju selalu bera...

TANAH KITA TERANCAM BAHAYA

Andriko Noto Susanto 14 Juli 2011       Tanah tempat kita berpijak mengadapi ancaman terbesar dalam sejarah bumi justru saat kita sangat mengandalkan peran vitalnya untuk mendukung kehidupan. Steve Banwart  dari Universitas Sheffield  Inggris memperingatkan bahaya tersebut dalam Jurnal Nature terbaru. Diberbagai wilayah di dunia, hilangnya tanah akibat erosi jauh melampaui kemampuan pembentukan tanah secara alami. Intensitas aktivitas manusia juga membawa dampak buruk pada kemampuan tanah dalam memproduksi makanan, menyimpan karbon dari atmosfer, menyaring kontaminasi dari aliran air, dan memelihara biodiversitas yang dibutuhkan.       Intensitas pangan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan pangan akan menyebabkan tekanan yang luar biasa terhadap tanah pada beberapa dasawarsa mendatang. Tekanan ini ini menjadi lebih parah dengan adanya perubahan iklim global. Bisa jadi ancaman kerusakan tanah...

ANALISIS DAN SINTESIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DI PROVINSI MALUKU #2

Andriko Noto Susanto dan Sjahrul Bustaman Permasalahan Pembangunan Pertanian di Maluku       Beberapa masalah pembangunan pertanian dan karakteristik petani di Provinsi Maluku yang perlu mendapatkan perhatian penting dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah sebagai berikut  : Banyak pulau-pulau kecil dan terpencil di Maluku yang memiliki aksesibilitas rendah dengan wilayah luarnya mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari secara minimal namun mandiri, Jumlah pulau kecil di Maluku jumlahnya sangat banyak dan sampai sekarang belum dilakukan identifikasi baik potensi lahannya maupun sosial ekonomi dan budayanya, Karakteristik petani pada pulau-pulau kecil tersebut dalam banyak hal berbeda dengan petani-petani di pulau besar, oleh karena itu diperlukan pendekatan yang berbeda dalam memberdayakannya,  Salah satu keuntungan memberdayakan petani pada pulau kecil di Provinsi Maluku adalah berhubungan dengan kelompok-kelompok sistim usahatani yan...

ANALISIS DAN SINTESIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DI PROVINSI MALUKU #1

Andriko Noto Susanto dan Sjahrul Bustaman       Maluku yang dijuluki dengan Provinsi Seribu Pulau, didominasi oleh pulau-pulau berukuran kecil (<15.000 km2), yang mengelompok bersama dan selanjutnya disebut kepulauan tersebar dari 20 30’ - 90 LS sampai 1240 - 1360 BT dimana hanya 10% dari luas wilayahnya merupakan daratan. Luas lautannya sekitar 52.719.100 ha sedang luas daratan sekitar 4.607.717 ha. Dari luas daratan yang 10% tersebut masih terbagi dalam 559 pulau dengan luas antara 761 – 18.625 km2. Pulau dengan ukuran relatif besar adalah pulau Seram; pulau dengan ukuran ‘agak besar’ adalah pulau Yamdena, Buru, Wokam, Kobrour, dan Trangan. Selebihnya adalah pulau-pulau ‘kecil’ dan bahkan terpencil.       Spesifikasi karakter kepulauan di Provinsi Maluku ini berdasarkan Sitaniapessy (2002) disebabkan oleh perbedaan aspek geografis, fisik, iklim, sosial, budaya dan etnis serta tahapan perkembangan ekonominya. Beberapa karakterist...

Prospek Agribisnis Jagung di Maluku

Andriko Noto Susanto Suara Maluku, Sabtu, 7 Agustus 2004       Di tengah hiruk pikuknya sistem perpolitikan kita sekarang dan siapapun nantinya pemimpin negeri ini, satu hal yang penting buat bangsa Indonesia adalah bagaimana caranya agar rakyat bisa “tetap makan”. Jadi urusan ketahanan pangan harus tetap dijaga dan ditingkatkan terus baik macam, jumlah maupun kwalitasnya. Rakyat ini bisa bekerja dengan baik, berfikir dengan jernih dan bijak jika terlebih dulu perutnya diisi dengan kenyang. Cita-cita sederhana ini tidaklah mudah untuk diwujudkan di Provinsi Maluku, mengingat kompleknya permasalahan yang dihadapi Provinsi ini akibat tragedi kemanusiaan yang hingga kini belum juga tuntas. Hamparan lahan kering yang luas dan sumberdaya manusia yang memadai belum dimanfaatkan dengan baik sebagai dasar membangun sistem pertanian tangguh. Padahal dengan sentuhan teknologi perpaduan kedua potensi tersebut dapat menjadi sebuah kekuatan handal dalam memakmurkan rakyat ...

Develop agriculture at isle island in mollucas (Membangun Pertanian Pada Pulau-Pulau Kecil di Maluku)

Andriko Noto Susanto Ambon Ekspres,Sabtu, 18 Oktober 2003       Pada saat pemerintah kolonial Belanda memerintah Indonesia selama kurang lebih 350 tahun termasuk Maluku, tentu ia memiliki alasan mendasar ketika lebih memilih pulau Ambon yang kecil bukan pulau Seram yang besar; atau pulau Ternate/Tidore yang kecil bukan pulau Halmahera yang besar; atau juga kenapa di pilih pulau Neira yang kecil bukannya di pulau Lontor yang besar; sebagai pusat kendali suatu sistem dan pusat berbagai aktivitas masyarakat. Secara sederhana kita bisa menduga alasannya bahwa mengontrol segala bentuk aktivitas di pulau kecil jauh lebih mudah dan murah dibanding jika aktivitas-aktivitas masyarakat tersebut menyebar di pulau besar. Secara lebih sederhana lagi tentu jawabannya adalah akan lebih efektif dan efisien memilih pulau kecil sebagai pusat aktivitas masyarakat, mengingat jumlah sumberdaya manusia saat itu masih sangat terbatas.       Dampak negati...

Farming System Zone in Waeapo Plain, Buru Island, Mollucas Province

Andriko Noto Susanto, Marthen P Sirappa, Alex J Rieuwpassa The study aimed to determine the zoning of farming systems and land management alternatives to address the growth limiting factor on agricultural lands in the lowlands of Waeapo, Buru Island was conducted in an area of ​​25,400 ha. Land evaluation performed on each soil mapping units (SMU) are delineated based on mapping the landscape approach. While the direction of land use based on technical considerations, economic and land suitability class is best for any type of commodity or commodity group in each SMU. The results showed that the use of land in Plain Waeapo directed to Lowland agriculture (paddy) covering 16,033 ha (63%), farming rice and vegetables, covering an area of ​​1,168 ha (4.6%), dry land farming (upland rice, corn, soybeans and peanuts) covering 533 ha (2.1%), coconut plantations covering an area of ​​2,210 ha (8.7%) and conservation of forest area of ​​6,654 ha (26.2%). The limiting factor is the growth i...